ASUHAN
KEBIDANAN
PADA
NY “I” UK 40 MINGGU/ T/ IU/ LETKEP/ PUKA/ KU IBU CUKUP
INPARTU
KALA II MEMANJANG DENGAN IUFD
DAN
TALI PUSAT MEMANJANG
DI
RS MUHAMMADIYAH
Dosen
Pembimbing
Hj. Siti Hamidah, S.ST., M.Kes
Disusun
Oleh
Ainurika Saidah
1206.060
AKADEMI
KEBIDANAN DELIMA PERSADA GRESIK
TAHUN
AKADEMIK 2014/ 2015
LEMBAR
PENGESAHAN
Asuhan kebidanan ini
disusun oleh
Nama :
Ainurika Saidah
NIM :
1206.060
Telah disetujui dan
disahkan pada
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
Ainurika
Saidah
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Pembimbing Lahan
Hj. Siti Hamidah, S.ST., M.Kes Hanis Susanti,
Amd. Keb
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan asuhan kebidanan
dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny “I” UK 40 Minggu/ T/ IU/ Letkep/ Puka/
KU Ibu Cukup Inpartu Kala II Memanjang Dengan IUFDdan Tali Pusat Memanjang Di
RS Muhammadiyah Gresik.
Penulis mengucapkan
terima kasih kepada
1. Sri
Utami, S.ST., M.Kes selaku direktur Akademi Kebidanan Delima Persada Gresik.
2. Hj.
Siti Hamidah, S.ST., M.Kes selaku pembimbing akademik Akademi Kebidanan Delima
Persada Gresik.
3. Hanis
Susanti, Amd. Keb selaku pembimbing lahan.
4. Semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan asuhan kebidanan ini.
Penulis menyadari bahwa
asuhan kebidanan ini masih ada kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran. Semoga asuhan kebidanan ini bermanfaat untuk semua pihak.
Gresik, Mei 2015
Penulis
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Persalinan
adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Tidak semua persalinan berjalan normal tetapi
ada beberapa persalinan yang disertai dengan penyulit baik dari klien
misalnya preeklampsia, eklampsia maupun janin seperti kelainan letak atau
adanya penyuli dari keduanya.
Intra
uterine fetal death (IUFD) adalah kematian janin dalam
kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu
keatas atau berat badan janin lebih dari 1.000 gram.
Kematian bayi
dalam kandungan dapat dikarenakan berbagai hal seperti terkena lilitan tali
pusat, tali pusat menumbung, perdarahan serta akibat tekanan darah tinggi si
ibu yang mengandung. Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan
memeriksakan kandungan secara teratur ke petugas kesehatan, apabila terjadi
kelainan pada masa kehamilan bisa ditanggulangi sedini mungkin. Bayi yang ada
dalam kandungan selalu bergerak dan sebagian besar kasus kematian bayi dalam
kandungan karena kesalahan aktivitas yang dilakukan seperti berolahraga dengan
gerakan yang ekstrim, karena itu selama hamil sebaiknya mengurangi aktifitas
yang membahayakan janin dalam kandungan. Hal ini untuk mengantisipasi bayi yang
dililit tali pusat atau tali pusat yang menutupi jalan lahir. Ibu hamil
hendaknya selalu berhati-hati jika beraktivitas dan berkonsultasi dengan dokter
maupun petugas kesehatan lain secara teratur.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu
memberikan asuhan kebidanan yang tepat pada ibu hamil dan bersalin sesuai
dengan manajemen kebidanan.
1.2.2
Tujuan Khusus
1.
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian
data subyektif dan obyektif pada klien
2.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi
diagnosa dan masalah
3.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah
potensial
4.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi rencana
tindakan
5.
Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan
6.
Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan
7.
Mahasiwa mampu melaksanakan evaluasi
dari hasil tindakan
BAB
2
TINJAUAN
TEORI
2.1 Konsep
Dasar Persalinan
2.1.1
Definisi
Persalinan
adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (lebih dari 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR. 2008).
Persalinan
adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul pengeluaran plasenta dan selaput ketuban
dari tubuh ibu (Jannah. 2011).
2.1.2
Sebab-sebab terjadinya persalinan
Sebab-sebab terjadinya
persalinan belum diketahui secara jelas. Banyak faktor yang memegang peranan
dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan, diantaranya:
1.
Penurunan kadar progesteron
Progesteron
menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meningkatkan
kerentanan otot-otot rahim. Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun
sehingga timbul kontraksi.
2.
Teori oksitosin
Pada
akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah sehingga timbul kontraksi pada
otot-otot rahim.
3.
Keregangan otot-otot
Dengan
tuanya kehamilan maka otot-otot makin meregang sehingga timbul kontraksi untuk
mengeluarkan janin.
4.
Pengaruh janin
Hipofise
dan kelenjar suprarenal janin
memegang peranan penting dalam terjadinya proses persalinan. Oleh karena itu
pada kasus Anenchephal persalinan
lebih lama dari biasanya.
5.
Teori penuaan plasenta
Karena
penuaan plasenta sehingga merangsang terjadinya kontraksi uterus.
6.
Teori iritasi mekanik
Di
belakang serviks terdapat ganglion
serviks (fleksus franken houses)
bila ganglion ini digeser atau
ditekan oleh kepala janin maka akan timbul kontraksi dalam rahim (Jannah.
2011).
2.1.3
Tanda-tanda permulaan persalinan
Sebelum terjadi
persalinan sebenarnya beberapa minggu
sebelumnya wanita akan mengalami kala pendahuluan yang ditandai dengan:
1.
Lightening
atau droping yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida,
sedangkan pada multipara tidak begitu
terlihat.
2.
Perut kelihatan melebar fundus uteri
menurun
3.
Perasaan susah kencing karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin
4.
Perasaan sakit di perut dan dipinggang
oleh adanya kontraksi. Kontraksi lemah pada uterus disebut fase labour paius
5.
Serviks
menjadi mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (Prawirohardjo.
2011)
2.1.4
Tanda-tanda inpartu
1.
Rasa sakit oleh adanya HIS yang kuat
sering dan teratur
2.
Keluar lendir bercampur darah yang lebih
banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks
3.
Kadang-kadang ketuban pecah dengan
sendirinya
4.
Peda pemeriksaan dalam serviks mendatar
dan terjadi pembukaan (JNPK-KR. 2008).
2.1.5
Proses persalinan
Dibagi menjadi 4
kala yaitu
1.
Kala I (pembukaan serviks)
Kala
satu biasa disebut dengan kala pembukan serviks. Dimulai sejak terjadinya
kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga
serviks membuka lengkap (10 cm). Terdiri dari 2 fase yaitu :
a. Fase
laten , dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 4 cm
berlangsung 7-8 jam.
b. Fase
aktif, pembukaan serviks lebih cepat dari pembukaan 4 cm-10 cm berlangsung 6
jam (JNPK-KR. 2008).
2.
Kala II (pengeluaran janin)
Pada
pengeluaran janin HIS terkoordinir, kuat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit
sekali. Kepala janin telah masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada
otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengejan.
Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti buang air besar dan tanda anus
membuka. Pada waktu HIS kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang. Dengan HIS mengejan yang terpimpin akan lahirlah kepala
janin diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1-2 jam sedangkan
pada multi ½-1 jam. Ketentuan waktu Kala II harus dihilangkan bila tidak ada
masalah meternal atau janin dan
kemajuan terus terjadi. Menghentikan kala II yang lama dengan persalinan
instrumental akan meningkatkan morbiditas maternal dan janin serta tidak akan
memperbaiki hasil (JNPK-KR. 2008).
3.
Kala III (pengeluaran uri)
Setelah
lahirnya bayi miometrium kontraksi mengikuti penyusupan volume rongga uterus.
Penyusutan ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta, karena
tempat perlekatan plasenta semakin mengecil plasenta akan terlipat, menebal dan
kemudian lepas dari dinding uterus. Kemudian plasenta akan turun ke bagian
bawah uterus atau ke dalam vagina. Seluruh proses itu biasanya berlangsung
15-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta biasanya disertai
pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (JNPK-KR. 2008).
Ada
2 cara pelepasan plasenta
a. Schultze
Pelepasan
dimulai pada bagian tengah plasenta dan disini terjadi hematoma retro plasentair (perdarahan pada bagian tengah plasenta)
yang selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya. Cara ini paling sering
terjadi pada setiap persalinan
b. Duncan
Pelepasan mulai
pada pinngir plasenta. Cara plasenta lepas menurut Duncan terutama terjadi pada
plasenta letak rendah (Winkjosastro. 2007).
4.
Kala IV (2 jam post partum)
Kala
IV adalah kala pengawasan 2 jam setelah bayi lahir dan uri lahir untuk
mengawasi keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
Pengawasan perdarahan post partum adalah
a. Plasenta
diperiksa dengan teliti apakah lengkap atau tidak
b. Darah
yang keluar dari jalan lahir
c. Fundus
uteri
d. Kontraksi
uterus
e. Keadaan
umum ibu (nadi, takanan darah, suhu, pernafasan)
f. Pengobatan
perdarahan post partum adalah dengan masase rahim, suntikan oksiton dan
methergin, serta pemberian infus (JNPK-KR. 2008).
2.1.6
Mekanisme persalinan
Pada minggu
terakhir kehamilan, segmen bawah rahim meluas untuk menerima kepala janin,
terutama pada primi dan juga pada multi saat-saat partus dimulai. Hampir 96%
posisi janin adalah letak belakang kepala. Ada 2 teori yang mengatakan hal
tersebut adalah
1.
Teori akomodasi
Bentuk
rahim memungkingkan bokong dan ekstremitas yang volumenya besar berada diatas
dan kepala di bawah di ruangan yang lebih sempit.
2.
Teori gravitasi
Kepala
relatif lebih besar dan berat, maka akan turun ke bawah. Karena HIS yang kuat
dan teratur maka kepala janin turun memasuki pintu atas panggul. Kepala akan
menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala bertambah fleksi sehingga lingkar
kepala yang memasuki panggul dengan ukuran yang terkecil yaitu diameter suboccipito bregmatika 9,5 cm.
Gerakan
utama kepala janin dalam persalinan yaitu:
1.
Turunnya kepala
Masuknya
kepala dalam pintu atas panggul pada primi terjadi pada usia kehamilan 37
minggu dan multi pada permulaan persalinan
2.
Fleksi
Dengan
majunya kepala maka fleksi bertambah sehingga Suboccipito fontanella 11 cm menjadi suboccipito bregmatika 9,5 cm
3.
Putar paksi dalam
Menyesuaikan
posisi kepala dengan bentuk jalan lahir, khususnya bidang panggul tidak terjadi
sebelum hodge III
4.
Ekstensi
Disebabkan
sumbu jalan lahir mengarah ke depan dan ke atas
5.
Putar paksi luar
Setelah
kepala lahir maka kepala janin memutar kembali ke arah punggung.
6.
Expulsi
Setelah
melahirkan bahu depan dan belakang selanjutnya seluruh tubuh lahir (Manuaba.
2010).
2.2 Konsep
Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
2.2.1
Definisi
Intra
uterine fetal death (IUFD) adalah kematian janin dalam
kehamilan, sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan lebih dari 28
minggu ke atas atau berat badan janin lebih dari 1.000 gram (Manuaba. 2010).
Kematian janin
dalam kandungan (IUFD) adalah tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam
kandungan (Fadlun. 2011).
2.2.2
Etiologi
Ada berbagai
penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin di kandungan diantaranya:
1.
Ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan
janin
2.
Gerakan sangat liar
3.
Perdarahan, plasenta previa dan solusio
plasenta
4.
Tali pusat menumbung
5.
Kelainan kromoson
6.
Trauma saat lahir penyakit saluran
kencing
7.
Penyakit endokrin
8.
Preeklampsia dan eklampsia
9.
Penyakit infeksi dan menular
10.
Malnutrisi (Fadlun. 2011).
2.2.3
Diagnosis
1.
Anamnesis
a. Ibu
tidak merasakan grakan janin dalam beberapa hari/ gerakan janin berkurang
b. Ibu
merasakan perutmya tidak bertambah besar
c. Ibu
merasakan perutnya sering menjadi keras
d. Ibu
merasakan sakit seperti mau melahirkan
2.
Inspeksi
Tidak
kelihatan gerakan-gerakan janin
3.
Palpasi
TFU
lebih rendah dari usia kehamilan
4.
Auskultasi
Tidak
terdengar denyut jantung janin
5.
Rontgen foto abdomen
6.
USG tidak terlihat denyut jantung janin
dan gerakan janin (Winkjosastro. 2007).
2.2.4
Penanganan
1.
Bila disangka telah terjadi kematian
janin dalam rahim, jangan terburu-buru dalam bertindak, sebaiknya diobservasi
dulu dalam waktu 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnostik
2.
Biasanya selama masa menunggu. 70-90%
akan terjadi persalinan secara spontan
3.
Bila setelah 3 minggu/ sudah didiagnosis
dan partus belum mulai maka ibu harus dirawat agar dapat dilakukan induksi
persalinan
4.
Induksi persalinan dapat dimulai dengan
pemberian estrogen untuk mengurangi efek progesteron atau langsung dengan
pemberian oksitosin drip, dengan atau tanpa amniotomi (Fadlun. 2011).
2.2.5
Komplikasi
Komplikasi
mungkin terjadi pada kasis IUFD adalah
1.
Disseminated
intravascular coagulation (DIC) yaitu adanya perubahan pada
proses pembekuan darah yang dapat menyebabkan perdarahan atau internal bleeding.
Zat-zat pembekuan darah atau fibrinogen
bisa turun dan menyebabkan darah akan sulit membeku. Jika fibrinogen rendah maka perdarahan yang terjadi pada proses
persalinan akan sulit berhenti.
2.
Infeksi. Koagulopati maternal dapat terjadi walaupun ini jarang terjadi
sebelum 4-6 minggu setelah kematian janin. Oleh karena adanya komplikasi akibat
IUFD maka janin harus segera dilahirkan. Proses kelahiran harus dilakukan
segera secara normal, kecuali jika ada halangan misalnya letak lintang (Fadlun.
2011).
BAB
3
TINJAUAN
KASUS
Tanggal : 18 Mei 2015
Jam : 11.50 WIB
I.
PENGKAJIAN DATA
A. Data
Subyektif
1. Biodata
Nama : Ny “I”
Umur : 34 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan: SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Nama Suami : Tn “N”
Umur : 37 Tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Weru Paciran RT/RW 1/5 Lamongan
2. Keluhan
utama
Ibu mengatakan sakit, bayinya sudah
tidak bergerak lagi dan sudah mengejan selama 2 jam namun bayi belum lahir.
3. Riwayat
keluhan utama
Ibu mengatakan tanggal 17 Mei 2015
Jam 16.00 WIB periksa ke bidan dengan keluhan kenceng-kenceng dan setelah
diiperiksa pembukaan 1 cm masih tebal ibu pulang. Tanggal 18 Mei 2015 jam 02.00
WIB ibu mengeluarkan cairan secara keras dari jalan lahir ibu langsung periksa
ke bidan, setelah diperiksa denyut jantung janin sudah tidak terdengar
pembukaan 5 cm teraba tali pusat. Ibu diberi perangsang oleh bidan. Jam 05.30 WIB
pembukaan lengkap ibu dipimpin mengejan, jam 07.30 WIB bayi belum lahir
akhirnya ibu dirujuk ke rumah sakit.
4. Riwayat
menstruasi
Menarche : 17 tahun
Siklus : 30 hari
Lama : 6 hari
Dismenorhea : Terkadang
Keteraturan: Tidak Teratur
Banyaknya : 2-3x ganti pembalut
Sifat darah : merah
5. Riwayat
kesehatan pasien
Ibu dan keluarga tidak pernah
menderita penyakit jantung, Ginjal, Asma, TBC Paru, Hepatitis, DM, Hipertensi
dan Epilepsi.
6. Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Hamil ke
|
UK
|
Jenis Partus
|
Penolong
Partus
|
Tempat Partus
|
Komplikasi
|
Bayi
|
Nifas
|
Ibu
|
Bayi
|
BB /PB
|
Umur/ JK
|
keadaan
|
ASI
|
1
|
H
|
A
|
M
|
I
|
L
|
|
I
|
N
|
I
|
|
7. Riwayat
kehamilan ini
HPHT : 08-08-2014
HPL :
15-05-2015
Keluhan Trimester I : mual,
muntah, pusing
Trimester
II : nafsu makan bertambah
Trimester
III : nyeri punggung
Kunjungan
ANC : ibu memeriksakan kehamilannya
ke bidan 3x yaitu trimester I 2x dan trimester III 1x (UK 34 minggu) dan tidak
pernah periksa ke dr. SPOG
Imunisasi
TT : ibu mengatakan belum pernah diimunisasi saat hamil
8. Riwyat
kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah
menggunakan alat kontrasepsi apapun
9. Pola
kebutuhan saat MRS
a.
Nutrisi :
ibu minum ± 200cc dan tidak makan tetapi diinfus
b.
Eliminasi : ibu belum BAB dan BAK
c.
Aktivitas : ibu hanya berbaring di
tempat tidur
d.
Istirahat dan tidur : ibu tidak bisa
tidur
10. Pengetahuan
a.
Tanda bahaya : ibu mengetahui beberapa tanda bahaya kehamilan
b.
Kebiasaan : ibu tidak merokok, tidak
minum jamu, tidak minum minuman beralkohol, ibu pijat ke dukun saat
kehamilannya.
c.
Tablet Fe : ibu tidak mengetahui tablet
Fe 90 pada ibu hamil. Ibu hanya minum 30 butir setelah periksa pada trimester
III.
d.
Pola nutrisi : ibu makan dan minum tanpa
pantangan
B. Data
Obyektif
1. Pemeriksaan
umum
Keadaan umum : cukup
TTV TD : 110/70 mmHg
S
: 37,50 C
N
: 88x/ menit
RR
: 18x/ menit
Kesadaran : composmentis
TB :
156 cm
Lila : 24 cm
BB sebelum hamil : 48 kg
BB saat ini : 55 kg
2. Pemeriksaan
fisik
a.
Kepala dan rambut : bersih, rambut
hitam, tidak ada ketombe, tidak rontok, tidak ada lesi, distribusi rambut
merata, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan
b.
Muka : bersih, tidak pucat, tidak
ikterus, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum
c.
Mata : bersih, simetris, conjungtiva
merah muda, sklera putih
d.
Hidung : bersih, simetris, tidak ada
pernapasan cuping hidung, tidak ada keluaran sekret, tidak ada polip, tidak ada
benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan
e.
Mulut : bersih, bibir kering, tidak ada
stomatitis, tidak ada caries
f.
Telinga : bersih, simetris, tidak ada
keluaran, tidak ada gangguan pendengaran
g.
Leher : bersih, simetris, tidak ada
massa, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan bendungan vena jugularis
h.
Ketiak : bersih, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe
i.
Dada : bersih, tidak ada kelainan
bentuk, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada
nyeri tekan, denyut jantung 90x/ menit teratur, sonor
j.
Mammae : bersih, simetris,
hiperpigmentasi areola, puting susu menonjol, tidak ada benjolan abnormal, ASI
belum keluar
k.
Punggung : tidak ada kelainan tulang
belakang, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, vokal fremitus
ka/ ki +/+
l.
Ekstremitas : kuku jari bersih, tidak
ada varices, tidak oedema, pergerakan aktif, terpasang infus di lengan kiri
m.
Abdomen : bersih, tidak ada bekas luka,
pembesaran perut sesuai usia kehamilan, ada striae gravidarum, ada linea nigra,
tidak acites
Leopold
I : TFU 31 cm, teraba bulat, lunak, tidak melenting
Leopold
II : pada perut kanan ibu teraba panjang, keras seperti papan di kanan dan
teraba bagian kecil janin di kiri
Leopold
III : teraba bulat, keras, melenting
Leopold
IV : bagian terendah janin sudah masuk PAP
Auskultasi
DJJ (-)
TBJ
: (31-11) x 155 = 3.100 gram
HIS
4x 10’ 45”
n.
Genetalia : bersih, tidak ada varices,
tidak ada condiloma akuminata terlihat tali pusat di introitus vagina, tidak
ada pembesaran kelenjar bartholini
VT
Ø 10 cm eff 100% ketuban (-) letkep H III teraba ubun-ubun kecil kanan depan,
teraba tali pusat di introitus vagina
o.
Anus : bersih, tidak ada haemoroid
3. Pemeriksaan
penunjang
a.
Pemeriksaan panggul
Distansia
spinarum : 24 cm
Distansia
cristarum : 27 cm
Boudelouge : 18 cm
Lingkar
kepala : 85 cm
b.
Pemeriksaan laboratorium
HIV/
AIDS : (-)
HbsAg : (-)
II.
INTERPRETASI DATA
Diagnosa : GIP00000 UK 40 minggu/ T/ IU/ Letkep/
Puka/ Kesan Panggul Normal/ KU ibu cukup/ Inpartu kala II memanjang dengan IUFD
dan tali pusat menumbung
DS :
ibu mengatakan ini adalah kehamilan pertama
:
ibu merasa sakit dan sudah meneran sejak jam 05.30–07.30 WIB
:
HPHT : 08-08-2014 HPL :
15-05-2015
:
ibu mengatakan bayinya sudah tidak bergerak lagi
DO :
a. Keadaan
umum : cukup
TTV TD : 110/70 mmHg
S
: 37,50 C
N
: 88x/ menit
RR
: 18x/ menit
Kesadaran : composmentis
TB :
156 cm
Lila : 24 cm
BB sebelum hamil : 48 kg
BB saat ini : 55 kg
b. Abdomen
: bersih, tidak ada bekas luka, pembesaran perut sesuai usia kehamilan, ada
striae gravidarum, ada linea nigra, tidak acites
Leopold I : TFU 31 cm, teraba
bulat, lunak, tidak melenting
Leopold II : pada perut kanan ibu
teraba panjang, keras seperti papan di kanan dan teraba bagian kecil janin di
kiri
Leopold III : teraba bulat, keras, melenting
Leopold IV : bagian terendah janin
sudah masuk PAP
Auskultasi DJJ (-)
TBJ : (31-11) x 155 = 3.100 gram
HIS 4x 10’ 45”
c. Genetalia
: bersih, tidak ada varices, tidak ada condiloma akuminata terlihat tali pusat
di introitus vagina, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini
VT Ø 10 cm eff 100% ketuban (-)
letkep H III teraba ubun-ubun kecil kanan depan, teraba tali pusat di introitus
vagina
Masalah :
gangguan rasa cemas dengan keadaan bayinya
Kebutuhan : informasi hasil pemeriksaan
:
dukungan psikologis terutama dari pihak keluarga
:
kolaborasi dengan dr. SPOG
III.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
POTENSIAL
Potensial terjadi infeksi
Potensial terjadi perdarahan
IV.
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN
SEGERA ATAU KOLABORASI
Kolaborasi dengan dr. SPOG
V.
MELAKSANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH
Tujuan :
setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 2 jam diharapkan bayi dapat lahir dan
tidak terjadi komplikasi pada ibu
KH :
TTV dalam batas normal
:
tidak terjadi infeksi, perdarahan < 350 cc
:
tidak > jam 02.00 WIB bayi lahir
Intervensi
1. Lakukan
pendekatan terapeutik pada pasien dan keluarga
R/
dengan komunikasi efektif dapat terjalin kerjasama dan kepercayaan antara
pasien dan petugas kesehatan
2. Kolaborasi
dengan dr. SPOG
R/ mengambil keputusan yang terbaik
3. Jelaskan
mengenai hasil pemeriksaan
R/ ibu mengetahui mengenai keadaannya
4. Anjurkan
keluarga untuk mengambil keputusan dengan segera
R/ bayi dapat segera dilahirkan
5. Lakukan
informed consent
R/ bukti persetujuan tindakan medis
6. Anjurkan
keluarga untuk memberikan dukungan mental kepada ibu
R/ ibu lebih bersabar dan dapat
menerima kenyataan
7. Lakukan
pertolongan persalinan
R/ bayi dapat segera lahir
VI.
IMPLEMENTASI
Tanggal : 18 Mei 2015
Jam :
12.00 WIB
Tgl
|
Jam
|
No
|
Tindakan
|
18/5/15
|
12.00
|
1.
|
Melakukan
pendekatan terapeutik kepada ibu dan keluarga dengan bersikap ramah, sopan
dan santun agar pasien dan keluarga lebih kooperatif dan memudahkan dalam
menjelaskan tindakan
|
18/5/15
|
12.15
|
2.
|
Melakukan
kolaborasi dengan dr. SPOG. Dr. SPOG segera datang pro vacum ekstraksi
|
3.
|
Menjelaskan
kepada ibu dan keluarga bahwa kondisi ibu dalam keadaan cukup baik namun
janin yang berada dalam kandungan ibu sudah meninggal sehingga harus segera
di lahirkan dengan cara memasang alat seperti kap di kepala janin agar tidak
terjadi infeksi pada tubuh ibu
|
4.
|
Menganjurkan
keluarga untuk mengambil keputusan segera agar bayi dapat segera dilahirkan
|
5.
|
Menganjurkan
keluarga untuk menandatangani informed concent sebagai bukti persetujuan
tindakan medis persalinan dengan vacum ekstraksi (keluarga dan pasien setuju
sudah di tandatangan)
|
6.
|
Menganjurkan keluarga untuk memberikan
dukungan mental kepada ibu agar ibu lebih bersabar dan menerima kenyataan
|
18/5/15
|
12.30
|
7.
|
dr. SPOG datang melakukan pertolongan
persalinan dengan vacum ekstraksi
a. Mempersiapkan
alat pertolongan persalinan dengan vacum ekstraksi
1)
Partus pak 1 set
2)
Hecting pak 1 set
3)
Alas bokong
4)
Medika mentosa : oksitosin,
methergin, lidokain 1%
5)
Spuit 5 ml, 3 ml
6)
Handscoon steril
7)
Kassa secukupnya
8)
Lampu sorot
9)
Bengkok
10)
Larutan clorin, tempat sampah
medis dan non medis
11)
Peralatan ekstraksi vacum
b. Memposisikan
ibu dalam posisi litotomi
c. Memasukkan
mangkok vakum dengan posisi miring melalui introitus vagina, memasang mangkok
pada bagian terendah janin (perhatikan agar tepi mangkuk tidak terpasang pada
bagian yang tidak rata, menjauhi ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil dan sutura)
d. Dengan
ibu jari dan telunjuk tangan kiri menahan mangkuk pada posisinya dengan jari
tengah dan telunjuk tangan kanan. Lakukan pemeriksaan di sekeliling tepi
mangkuk untuk memastikaan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit
diantara mangkuk dan kepala bayi
e. Mengeluarkan
jari tengan kanan dan jari tangan kiri tetap menahan mangkok
f. Menginstruksikan
asisten untuk melakukan penghisapan, tunggu selama 2 menit melakukan evaluasi
pastikan tidak ada bagian yang terjepit diantara kepala dan mangkuk
g. Sambil
menunggu HIS. Menjelaskan pada pasien bahwa pada saat HIS puncak pasien harus
mengejan yang efektif dan optimal. Menarik lipat lutut dengan lipat siku ke
arah perut ibu agar tekanan abdomen lebih efektif
h. Melakukan
episiotomi
i.
Pada saat HIS. Meminta pasien
untuk mengejan secara simultan . melakukan penarikan dengan arah sejajar
lantai
j.
Bila belum berhasil pada tarikan
pertama ulangi lagi pada tarikan kedua dan seterusnya
k. Saat
suboksiput berada di bawah simpisis tangan kiri menahan perineum. Mengarahkan
tarikan ke atas hinggalahirlah berturut-turut dahi, muka dan dagu
l.
Melepaskan mangkuk saat kepala
sudah lahir
m. Memegang
secara biparietal menggerakkan ke bawah distal untuk melahirkan bahu depan
kemudian ke atas distal untuk melahirkan bahu belakang
n. Sanggah
susur
o. Membersihkan
dan mengeringkan bayi dengan kain bersih, memotong tali pusat, membersihkan
bayi dan merawat bayi.
|
18/5/15
|
12.50
|
|
18/5/
15
|
13.00
|
|
VII.
EVALUASI
Tanggal :
18 Mei 2015 Jam : 13.05 WIB
S : ibu lega karena bayinya sudah lahir namun ibu
sangat sedih karena kondisi bayinya dan ibu merasa mules
O : bayi lahir jam 13.00 WIB dengan vacum ekstraksi
A : P10000 Persalinan kala III
P : Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan
selama 15-30 menit diharapkan plasenta lahir lengkap dan kala III berlangsung
dengan normal
KH :
jam 13.15-13.30 WIB plasenta lahir spontan lengkap
:
TTV dalam batas normal
:
tidak terjadi atonia uteri dan perdarahan < 350 cc
:
tidak > jam 13.30 WIB plasenta lahir
IMPLEMENTASI
Tgl
|
Jam
|
No
|
Tindakan
|
18/5/ 15
|
13.05
|
1.
|
Memastikan tidak ada bayi kedua dalam
uterus
|
2.
|
Memberitahu ibu akan disuntik
oksitosin
|
3.
|
Menyuntikkan oksitosin 10 IU 1/3 paha
luar
|
4.
|
Memindahkan klem 5-10 cm dari vulva
|
5.
|
Meletakkan satu tangan diatas perut
ibu untuk melakukan tekanan dorsokranial dan tangan yang lain meregangkan
tali pusat
|
6.
|
Saat uterus berkontraksi melakukan
peregangan tali pusat hingga plasenta terlepas
|
18/5/
15
|
13.10
|
7.
|
Saat plasenta terlihat di introitus
vagina. Melahirkan plasenta dengan kedua tangan
|
8.
|
Melakukan masase uterus hingga berkontraksi
|
9.
|
Memeriksa kelengkapan plasenta,
kotiledon dan selaputnya. Plasenta lengkap
|
10.
|
Perdarahan ±250 ml ada laserasi
derajat 2
|
EVALUASI
Tanggal : 18
Mei 2015 jam : 13.15 WIB
S : ibu lega karena proses persalinannya selesai
namun ibu sedih karena kondisi bayinya
O : plasenta lahir lengkap
: perdarahan
±250 ml
: laserasi
derajat 2
A : P10000 Persalinan kala IV
P : Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan
selama 2 jam diharapkan kondisi ibu baik
KH : sampai jam 15.15 WIB kondisi ibu tetap
baik
:
TTV dalam batas normal
:
perdarahan normal
:
kontraksi baik
IMPLEMENTASI
Tgl
|
Jam
|
No
|
Tindakan
|
18/5 /15
|
13.15
|
1.
|
Melakukan anastesi lokal dan penjhitan
luka episiotomi
|
2.
|
Melakukan kateterisasi. Urine ± 200 ml
|
18/5 /15
|
13.30
|
3.
|
Memberitahu bahwa proses persalinan
telah selesai dan akan dilakukan pemantauan selama 2 jam
|
4.
|
Memeriksa TTV, KK, perdarahan, UC,
tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua
|
5.
|
Membereskan semua peralatan bekas
pakai dan dekontaminasi serta membuang sampah sesuai tempatnya
|
6.
|
Mengajarkan kepada ibu dan keluarga
cara masase uterus
|
18/5 /15
|
15.15
|
7.
|
Cuci tangan dan keringkan dengan
handuk kering
|
8.
|
Melakukan pendokumentasian
|
EVALUASI
Tanggal : 18
Mei 2015 jam : 15.15 WIB
S : ibu lega karena proses pesalinan telah selesai
namun ibu sedih karena kondisi bayinya
O : KU : cukup Kesadaran
: composmentis
TTV : TD : 100/ 70 mmHg N : 80 x/ menit
S : 37,10 C RR : 19 x/ menit
TFU
: 2 jari bawah pusat Perdarahan : normal
UC : Baik Lochea
: Rubra
A : P10000 2 jam post partum
P : Anjurkan keluarga untuk tetap memberikan
dukungan kepada ibu
: lanjut
observasi pasien
: berikan
terapi cefadroxil (3x1), asam mefenamat (3x1), linoral (2x1)
BAB
4
PEMBAHASAN
Dari
asuhan kebidanan yang telah diberikan kepada Ny.”I” terdapat beberapa
kesenjangan antara teori dan praktik diantaranya
1. Induksi
persalinan dengan menggunakan oksitosin drip bukan merupakan wewenang bidan
secara mandiri. Seharusnya induksi persalinan merupakan wewenang dr. SPOG
sesuai dengan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia no. 363/ MenKes/
Per/ IX/ 1980 tentang wewenang bidan
2. Pertolongan
persalinan dengan IUFD bukan merupakan tugas bidan. Bidan hanya diberi
kewenangan untuk mengetahui atau mendiagnosa sesuai dengan peraturan menteri
kesehatan Republik Indonesia no. 369/ MenKes/ SK/ III/ 2007 tentang standar
profesi bidan
3. Setiap
ibu hamil harus memeriksakan kehamilan secara terpadu yaitu 4x kunjungan ke
petugas kesehatan yaitu 1x pada trimester I, 1x pada trimester II, 2x pada
trimester III, 1x kunjungan ke dr. SPOG, 1x kunjungan ke dokter gigi, ibu harus
melakukan laboratorium lengkap, imunisasi TT 2x selama kehamilan, serta
pemberian tablet Fe 90 buah (90 hari)
BAB
5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Sedangkan Intra Uterine Fetal Death
(IUFD) adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses persalinan
pada usia kehamilan 28 minggu keatas atau berat badan janin lebih dari 1000
gram.
Kematian janin dalam kandungan (IUFD) dalam hal ini
di karenakan adanya tali pusat yang menumbung sehingga suplai oksigen dalam
kandungan berkurang sehingga bayi meninggal. Kematian bayi dalam kandungan
dapat diatasi dengan pemeriksaan kehamilan secara rutin.
5.2 Saran
Diharapkan
laporan ini dapat meningkakan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
memberikan asuhan kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
IUFD.
DAFTAR
PUSTAKA
Winkjosastro,
Hanifa. 2008. Asuhan Persalinan Normal.
Jakarta: JNPK-KR.
Prawirohardjo,
Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Winkjosastro,
Hanifa. 2007. Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Manuaba,
dkk. 2010. Ilmu Kandungan, Penyakit
Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.
Fadlun,
dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis.
Jakarta: Salemba Medika.
Jannah,
Nurul. 2011. Biologi Reproduksi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.